Friday 27 July 2012


Anna dan Chloe tak pernah bertemu. Namun mereka berbagi cerita yang sama. Tidak persis sama jika kau dengarkan mereka pelan-pelan. Tapi, aku tak bisa mengenyahkan pikiran bahwa memang ada benang merah dari kisah keduanya. Baru dua hari yang lalu aku berpapasan dengan mereka di hari yang sama, saat aku ditemani waktu senggang. Berturut-turut kutemui Anna di siang hari dan Chloe pada malam.


Anna yang kumaksud adalah Anna Karenina. Sebuah novel klasik karya penulis Rusia, Leo Tolstoy. Sementara Chloe adalah film yang digarap Atom Egoyan dan dibintangi oleh Liam Neeson yang baru saja menjadi salah satu aktor favoritku.

Anna kutemukan secara tak sengaja. Dia bersembunyi di tengah lautan buku pada acara cuci gudang sebuah toko buku. Dengan Rp. 5.000 kuajak Anna ikut pulang bersamaku. Lain halnya dengan Chloe. Setelah menonton the Dark Knight Rises, entah kenapa aku jadi teringat Liam Neeson. Kalau diingat-ingat, semua film Neeson yang pernah kutonton – Batman Begins, Taken, Afterlife – selalu kusukai. Dari situ aku jadi penasaran dengan filmnya yang lain. Chloe kubeli bersama the Grey, the Next three days, dan Battleship.

Apabila kau bertanya: lalu, apa yang membuat dua karya tersebut menjadi mirip? Aku akan menjawab: pertama, tema yang diangkat adalah soal perselingkuhan, dan kedua, dua-duanya diakhiri kisah tragis.


Anna Karenina
Awalnya aku sungkan untuk membaca buku-buku seperti ini. Cerita-cerita romansa, terutama yang ditampilkan dalam sebuah buku, kadangkala begitu membosankan. Itu pandanganku yang menghambatku untuk membaca-baca genre tersebut. Anna Karenina agaknya adalah buku pertama dari genre tersebut yang saya baca, terutama yang benar-benar mengangkat kisah kehidupan cinta sebagai tema utamanya.

Anna adalah tokoh utama dalam buku ini. Mulanya ia tampil mirip santo. Seolah tak punya sedikit pun dosa. Dia bahkan menjadi penengah dalam masalah keluarga kakaknya. Kakaknya, Oblonsky ketahuan selingkuh. Istrinya, Dolly, berhasil dibujuk Anna sehingga mereka tak jadi bercerai.

Anna punya suami bernama Karenin. Awalmya mereka dikisahkan hidup bahagia. Namun, karena pergi membujuk Dolly yang berada di kota lain, Anna bertemu dengan Vronsky. Rupanya mereka kemudian tertarik satu sama lain.

Sementara itu, Vronsky adalah sosok laki-laki yang diharapkan oleh Kitty. Bahkan karena kehadiran Vronsky, Kitty menolak pinangan Levin yang sangat mencintainya. Namun, pada akhirnya, Kitty menikahi Levin juga, karena Vronsky kemudian memilih untuk tinggal berdua dengan Anna.

Karenin yang nampaknya beragama Katolik enggan menceraikan Anna. Perceraian ia anggap akan mencoreng mukanya di depan publik. Maka, untuk tetap mengikat Anna, ia menahan anaknya, Seriozha. Namun, Anna akhirnya meninggalkan Seriozha dan Karenin untuk tiggal bersama Vronsky.

Ada banyak nama dalam novel ini. Ada banyak hubungan yang terjalin antar tokoh dalam novel ini. Semuanya diceritakan setidaknya untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antar tokoh, terutama mengenai konflik-konflik yang tercipta. Kupikir buku ini adalah buku dengan konflik paling banyak yang pernah kubaca. Ketika berusaha menuntaskan buku ini, sering aku berkata, “Yaaaaaaah, dia juga bermasalah. Yah, dia lagi, yah orang ini juga (ikut punya konflik).”

Setiap orang dihadirkan dengan masalahnya masing-masing. Sementara masalah yang muncul itu selalu membawa orang lain sebagai biang keladinya. Tolstoy sangat lihai memainkan kata-kata sehingga Anna – sebagai tokoh utama – seolah berada di tengah jaring-jaring  konflik yang ada.

Citra dunia yang tercipta dari kisah-kisah buku ini adalah dunia yang penuh konflik, sebagai medan pertarungan antara diri dan orang lain. Pertarungan untuk apa? Simple, untuk menjadi bahagia. Dalam buku ini, bahagia agaknya dipandang akan muncul ketika hidup dijalani bersama orang lain. Nah, masalahnya, apakah orang lain itu mau menjalani hidup bersama. Dari titik ini, Oblonski dan Dolly, Levin dan Kitty, juga Anna dan Karenin, serta Anna dan Vronsky punya kesamaan.

Ketika sudah ada keinginan yang sama untuk hidup bersama, rupanya jalan untuk meraih bahagia itu tidak jadi mudah. Masih ada masalah lainnya, yang dalam novel ini pun masih berakar pada keberadaan orang lain. Anna sudah terikat janji sehidup semati bersama Karenin. Namun, hidup bersamanya semakin lama hanya menumbuhkan derita. Pada saat Vronsky hadir dalam kehidupan Anna, Karenin berubah menjadi orang lain yang sungguh mengganggu peraihan kebahagiaan yang Anna idam-idamkan.

Bagaimana cara Karenin menjadi orang lain yang mengganggu? Karenin tidak menceraikan Anna. Dengan statusnya sebagai istri Karenin, sungguh memalukan bagi Anna untuk hidup bersama Vronsky, meski itu yang ia inginkan. Lebih jauh, Vronsky pun cukup malu untuk terlihat berdua dengan Anna di tengah pesta-pesta dan jamuan-jamuan kota Moskow.

Kupikir, banyak orang, termasuk aku, cukup membenci Anna sebagai orang yang berselingkuh. Namun, jika kau terus membaca novel itu, kau mungkin akan seperti aku: mulai bersimpati kepada Anna. Posisinya itu akhirnya membuat ia tidak bisa menemui anaknya. Bagi seorang ibu, itu adalah hukuman yang sungguh berat. Gara-gara anaknya ini, Anna sempat hendak memutuskan untuk kembali pada Karenin. Namun kemudian ia berpikir bahwa ia sudah cukup merasakan ketidakbahagiaan ketika bersama Karenin. Pikiran-pikiran seperti itulah yang kemudian membuat ia terikat semakin jauh kepada Vronsky. Ia pun memutuskan untuk lari bersama Vronsky, secepatnya.

Dalam keadaan-keadaan seperti itulah, Ibu Vronsky hendak menjodohkan Vronsky dengan perempuan lain. Anna mulai curiga Vronsky tertarik pada perempuan itu. Mengapa? Ketika Anna meminta Vronsky segera pergi bersamanya keluar dari Moskow pada hari itu, Vronsky menolak dengan alasan hendak menemui ibunya.

Ketakutan dan kegelisahan Anna semakin memuncak ketika ditinggal Vronsky yang pergi menemui ibunya. Beberapa pesan yang Anna kirim melalui kurir tak juga mendapat balasan. Anna memutuskan untuk pergi menjemput Vronsky di rumah ibunya itu yang pada dasarnya tidak menyukai Anna.

Rasa cinta sangat mudah berubah menjadi benci. Inilah yang terjadi pada Anna. Dalam benci, selalu tersimpan rasa dendam. Bagaimanakah ia bisa pergi dari ketidakbahagiaan yang muncul karena posisinya sebagai istri Karenin tapi sekaligus dapat menghukum Vronsky yang telah mengecewakannya?

Di stasiun, Anna memutuskan untuk melompat ke tengah rel di mana kereta sedang melaju.


Chloe
Nah, Chloe cukup mudah diceritakan. David dan Catherine telah lama menikah dan dikaruniai seorang anak lelaki yang telah beranjak remaja. David bekerja sebagai profesor. Suatu ketika ia harus pergi keluar kota untuk memberikan kuliah. Hari itu hari ulang tahunnya sehingga Catherine menyiapkan pesta kejutan baginya di rumah. David telah membaca situasi ini dan memutuskan untuk terlambat pulang. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama mahasiswinya.

Catherine cukup kecewa. Bagaimanapun juga, ia sudah bersusah payah menghubungi semua orang untuk pesta kejutan tersebut. Cerita mulai menarik ketika Catherine melihat pesan di ponsel David yang berisi foto David dengan seorang mahasiswi. Catherine mulai curiga. Rasa curiga itu semakin bertambah ketika David seolah sedang flirting dengan seorang pelayan kafe tepat di depannya.

Suatu ketika, ia berjumpa secara tak sengaja dengan Chloe. Lama-lama ia tahu bahwa Chloe adalah wanita panggilan. Catherine kemudian membayar Chloe untuk menggoda suaminya. Ia ingin tahu bagaimana reaksi suaminya. Chloe setuju dan kemudian pergi menemui David.

Esoknya, Chloe bercerita bahwa David adalah orang yang ramah. Mereka sempat ngobrol sebentar tapi tak lebih dari itu. Catherine merasa itu semua kurang sehingga menugaskan Chloe untuk lebih dekat dengan David. Hal itu terjadi berkali-kali sampai Chloe bercerita bahwa David dengan berani telah bercinta dengannya di sebuah taman.

Cerita ini kemudian menjadi sedikit absurd. Chloe bercerita kepada Catherine bahwa dirinya telah bercinta dengan David di sebuah hotel. Chloe meminta Catherine untuk datang ke hotel tersebut. Sampai di sana, Catherine mendengarkan bagaimana hubungan di atas ranjang itu berlangsung. Tapi kali ini tak cuma cerita yang ia dengarkan dari Chloe. Sambil berkisah, Chloe memerankan David dan mencumbui Catherine. Catherine tidak menolaknya, malah tampak menikmatinya.

Rasa cemburu dan kekecewaan Catherine memuncak. Ia kemudian berencana membuka kedok David, setidaknya dengan mempertemukan David dengan Chloe dan melihat reaksinya. Akan tetapi, di sebuah café, terlihat bahwa ternyata David baru pertama kali bertemu Chloe. Dalam hal ini, Chloe adalah seorang penipu! Dia mengarang-ngarang cerita itu untuk terus ada bersama Catherine. Chloe tak pernah menemukan cinta dari banyak lelaki yang ia temui. Ia malah menemukannya ketika bersama Catherine.

Setelah kejadian itu, hubungan antara Catherine dan David berangsur normal. David tak habis pikir kenapa Catherine sampai bisa berbuat seperti itu. Catherine merasa David berubah dingin kepadanya. Itulah alasan semuanya. Namun, rupanya David punya pandangan lain: Catherinelah yang dingin, dan itu semua merupakan penyebab kenapa sikapnya dingin selama ini. Kupikir ini sering terjadi, dan sebenarnya mudah saja diatasi dengan adanya komunikasi. Mereka saling menutup diri dan lebih tertarik pada teori-teori yang mereka ciptakan sendiri di kepala masing-masing.

Namun, pada diri Chloe, kejadian tersebut sangat mengejutkan. Ia sudah telanjur jatuh cinta pada Catherine. Ia sangat kecewa. Mirip dengan Anna, timbul niat balas dendam. Pada suatu malam, ia mendekati anak Catherine yang remaja. Mereka pun sempat berhubungan badan. Catherine terkejut. Ia kemudian terlibat dalam adu mulut dengan Chloe. Chloe kemudian menggenggam gunting dan mengancam Catherine. Akan tetapi, Catherine yang berusaha membela diri secara tak sengaja mendorong Chloe terjun dari lantai dua. Chloe pun mati.

Dari kedua kisah tragis itu, aku berpikir. Benarkah, menuju kehidupan yang bahagia itu sedemikian berbahayanya, sehingga dalam beberapa kasus, usaha itu malah menghancurkan kita. Mungkin, ini semua karena adanya kata ‘bahagia’ yang kemudian menjadi agak absurd ketika hanya ditafsirkan oleh satu kepala. Bahagia itu seolah menjadi semacam tujuan seperti pada id dalam struktur kepribadian Freudian. Dalam id, segala hal tak punya relasi dengan dunia luar. Segalanya mungkin diraih andaikan dunia luar dianggap tak berarti.

Padahal, dunia luar punya arti bagi diri kita dan dalam beberapa segi pengaruhnya sangat terasa, sehingga seringkali sulit dibedakan antara motivasi yang murni tumbuh dalam diri dengan motivasi yang terbentuk karena adanya sesuatu yang berada di luar diri. Namun, dengan mengakui keberadaan dunia luar, juga keberadaan orang lain, bisa jadi dalam titik tertentu diri kita lenyap ditelan mereka. Ketika saat itu tiba, dan tiba-tiba kita tersadar, kita menjadi terasing dari diri kita sendiri. Seperti Anna yang kemudian bertanya-tanya, mengapa segalanya bagiku hanya penderitaan, bukankah pada mulanya aku memikirkan ini semua adalah kebahagiaan.

Masalah itu seolah hendak dijawab oleh Chloe. Makna-makna bahagia itu harus dibenturkan dengan makna-makna yang dipunyai orang lain. Bukan untuk dipertarungkan. Tapi ada pemahaman yang lebih yang kira-kira akan mewadahi makna-makna itu dalam jalinan kebersamaan. Lewat komunikasi, kita terhubung dengan orang lain dan memahami satu sama lain. Dalam komunikasi masih ada secercah harapan untuk meraih kebahagiaan. Tapi, tentu akan selalu ada pertanyaan: benarkah?




Semua keluarga bahagia adalah sama, namun keluarga yang tidak berbahagia memiliki kebahagiaan dengan caranya sendiri. - Leo Tolstoy dalam Anna Karenina -
 


0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

Copyright 2010 ::HARMONI HITAM::.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.