Friday 9 November 2012



Kiranya hanya waktu yang hingga hari ini tidak pernah dapat diatasi manusia. Ide dan cita-cita manusia untuk dapat melampaui waktu melahirkan kisah-kisah yang sedemikian seksi untuk diikuti. Beberapa kisah penjelajahan waktu diceritakan sederhana padahal apabila dipikirkan ulang, semuanya jadi serba rumit. Meskipun demikian, saya selalu menikmati kisah penjelajahan waktu yang ditampilkan dalam bentuk film – seperti dalam Time Traveler’s Wife,the Butterfly Effect, Back to the Future, hingga Doraemon. Dalam film-film itu kegelisahan, ketakutan, ataupun teror yang dirasakan pada kehidupan aktual selalu berhadapan dengan rasa putus asa. Namun, rasa putus asa itu tergantikan dengan kehendak dan perjuangan berkat adanya kemampuan manusia untuk bermain-main dengan waktu. Looper (2012), saya pikir masih berada dalam peta tersebut.

            Looper adalah jenis pekerjaan baru yang tercipta setelah orang-orang di masa depan mampu menciptakan mesin waktu. Pekerjaan ini adalah pekerjaan kotor. Para looper bertugas untuk menghilangkan jejak orang-orang tertentu. Yang membuatnya menarik, orang-orang yang dihilangkan itu berasal dari masa depan. Di masa depan, upaya untuk menghilangkan seseorang tidak cukup hanya dengan mutilasi, membakar, atau membuang mayat ke laut karena proses penyelidikan pun sudah berkembang pesat. Maka, satu-satunya cara yang paling efisien adalah dengan ‘membuang’ seseorang ke masa lalu.
Sebagai seorang looper, Joe bertugas untuk membunuh siapa pun yang dikirim dari masa depan. Orang-orang yang mesti dibunuh itu dikirim dengan keadaan terikat sehingga sebetulnya tugas Joe tidak begitu sulit. Setelah menembakkan senapannya, Joe tinggal membungkus mayat yang tersisa dan membakarnya.
 Cerita menjadi menarik ketika suatu hari target yang dikirimkan kepadanya adalah dirinya di masa depan. Bisakah kita membayangkan membunuh diri kita yang ada di masa depan? Joe terdiam. Dalam beberapa detik Old Joe – Joe dari masa depan – mampu melepaskan ikatan dan berhasil menghindar dari tembakan Joe. Old Joe kemudian kabur.
Saya kira ini salah satu adegan yang berkesan meskipun hanya beberapa detik. Kesan itu muncul lebih karena tiba-tiba terbersit pertanyaan tadi: tentang bagaimana kita membunuh diri kita di masa depan. Apa yang dihadapi Joe adalah sesuatu yang instan dan tidak akan ada rasanya sama sekali. Apabila pelatuk ditarik dan senapan memuntahkan pelurunya, Joe tidak akan merasakan apa-apa. Old Joe-lah yang akan merasakan peluru panas itu dengan dagingnya dan kemudian mati. Tapi, di sisi lain, situasi itu pun akan dialami pula oleh Joe. Bayangan akan hal itu saya pikir cukup mencekam. Ketika waktu adalah sebuah loop di mana kita ada di dalamnya dan pada suatu saat nanti akan merasakan peluru yang kita tembakkan sendiri.
Namun, tanpa ada konsep loop tadi, kaitan antara sekarang dan masa depan pun masih mencekam. Terutama bagi orang pesimis seperti saya. Pada ‘sekarang’ manusia memiliki kebebasan penuh namun dengan konsekuensi yang melekat. Ada jutaan pilihan jalan hidup, namun tidak ada satu pun yang pasti. Bisa jadi jalan yang dipilih adalah cara kita untuk membunuh diri kita yang ada di masa depan secara perlahan. Kebebasan malah menimbulkan kegelisahan. Bila kita menengok Sartre, ia akan bilang bahwa, persis situasi seperti itulah yang membuatnya berkata, “Men are condemned to be free.”
  Tidak seperti target-target sebelumnya yang dipaksa pergi ke masa lalu, Old Joe pergi dengan kehendaknya sendiri. Pada masanya, ada seseorang berjuluk Rainmaker yang tengah melakukan pembunuhan terhadap banyak looper. Old Joe datang ke masa lalu – kira-kira 30 tahun ke belakang, pada masa Joe hidup – untuk mencari dan membunuh Rainmaker sehingga pembantaian terhadap para looper yang juga berkaitan dengan kematian istri Old Joe.
Ternyata Rainmaker pada masa itu hanya seorang bocah bernama Cid. Bocah berusia 10 tahun ini punya kemampuan telekinesis. Saat dia marah atau merasa terancam, benda-benda di sekelilingnya akan beterbangan. Dalam satu adegan, Cid digambarkan mampu mengeluarkan darah dari tubuh penjahat yang memukul ibunya.
Dalam hal ini, Joe dan Old Joe berdiri sebagai pihak yang berseberangan. Joe berusaha melindungi Cid meskipun tahu bahwa bocah itu suatu hari akan menjadi Rainmaker dan menimbulkan masalah seperti diceritakan Old Joe.
Di sini, Old Joe telah melihat semuanya: masa depan ketika Cid menjadi Rainmaker. Ia telah merasakan waktu yang berjalan linear dan memutuskan untuk kembali ke masa lalu untuk mengubahnya. Ia merasa telah mengetahui segala hal yang akan terjadi seolah telah memiliki peta kehidupan yang pasti. Namun, ketika peta itu diberikan kepada Joe, Joe menolak untuk mempercayainya.
Saya pikir situasi itu sedikit banyak mirip dengan yang sering kita alami sehari-hari. Banyak orang bicara mengenai ini-itu, mengenai apa-apa yang harusnya dilakukan orang lain, bicara seolah dia tahu persis bagaimana masa depan akan berjalan. Orang-orang ini hanya melihat dunia dengan satu jalan keluar sehingga pandangan mereka selalu berusaha memaksa orang lain menjadi objek dari pikirannya. Joe menolak menjadi objek. Ia melawan dengan berkata tidak. Ia melihat kehidupannya yang aktual sebagai suatu pusaran kemungkinan.
Ada adegan lain yang cukup dramatis ketika Sara, ibu Cid, berusaha melindungi Cid dari Old Joe. Saat itu Old Joe sudah menodongkan pistolnya ke arah Cid. Sara berada di tengah keduanya. Sementara itu, Joe melihat adegan itu dari jauh. Ia tidak mungkin berlomba dengan kecepatan peluru Old Joe yang telah siap menembus Sara dan Cid. Seketika ia merasa telah menemukan benang merah dari segala kejadian yang baru terjadi: antara Cid, kedatangan Old Joe, Rainmaker, dan kematian para looper.
Dalam benaknya, tergambar secara detail bagaimana peluru Old Joe telah merobek jantung Sara ketika ia baru bisa menodongkan senjatanya kepada Old Joe. Kemudian saat ia baru bisa menembak Old Joe, Cid akan lari dengan keinginan untuk membalas dendam dan saat itulah tercipta monster yang kelak mengawali segala kejadian yang baru saja terjadi. Bayangan itu membuat Joe memilih menembakkan senapannya pada dirinya sendiri. Ia mati. Old Joe lenyap. Masa depan berubah. Jelaslah bahwa pilihan mengarahkan masa depan.

We are our choices
– Jean-Paul Sartre

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

Copyright 2010 ::HARMONI HITAM::.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.