Kiranya hanya waktu yang hingga
hari ini tidak pernah dapat diatasi manusia. Ide dan cita-cita manusia untuk
dapat melampaui waktu melahirkan kisah-kisah yang sedemikian seksi untuk
diikuti. Beberapa kisah penjelajahan waktu diceritakan sederhana padahal
apabila dipikirkan ulang, semuanya jadi serba rumit. Meskipun demikian, saya selalu
menikmati kisah penjelajahan waktu yang ditampilkan dalam bentuk film – seperti
dalam Time Traveler’s Wife,the Butterfly
Effect, Back to the Future, hingga Doraemon.
Dalam film-film itu kegelisahan, ketakutan, ataupun teror yang dirasakan
pada kehidupan aktual selalu berhadapan dengan rasa putus asa. Namun, rasa
putus asa itu tergantikan dengan kehendak dan perjuangan berkat adanya
kemampuan manusia untuk bermain-main dengan waktu. Looper (2012), saya pikir
masih berada dalam peta tersebut.
Looper adalah jenis pekerjaan baru yang
tercipta setelah orang-orang di masa depan mampu menciptakan mesin waktu. Pekerjaan
ini adalah pekerjaan kotor. Para looper bertugas
untuk menghilangkan jejak orang-orang tertentu. Yang membuatnya menarik,
orang-orang yang dihilangkan itu berasal dari masa depan. Di masa depan, upaya
untuk menghilangkan seseorang tidak cukup hanya dengan mutilasi, membakar, atau
membuang mayat ke laut karena proses penyelidikan pun sudah berkembang pesat.
Maka, satu-satunya cara yang paling efisien adalah dengan ‘membuang’ seseorang
ke masa lalu.
Sebagai seorang looper, Joe bertugas untuk membunuh
siapa pun yang dikirim dari masa depan. Orang-orang yang mesti dibunuh itu
dikirim dengan keadaan terikat sehingga sebetulnya tugas Joe tidak begitu sulit.
Setelah menembakkan senapannya, Joe tinggal membungkus mayat yang tersisa dan
membakarnya.
Cerita menjadi
menarik ketika suatu hari target yang dikirimkan kepadanya adalah dirinya di
masa depan. Bisakah kita membayangkan membunuh diri kita yang ada di masa
depan? Joe terdiam. Dalam beberapa detik Old Joe – Joe dari masa depan – mampu
melepaskan ikatan dan berhasil menghindar dari tembakan Joe. Old Joe kemudian
kabur.
Saya kira ini
salah satu adegan yang berkesan meskipun hanya beberapa detik. Kesan itu muncul
lebih karena tiba-tiba terbersit pertanyaan tadi: tentang bagaimana kita
membunuh diri kita di masa depan. Apa yang dihadapi Joe adalah sesuatu yang
instan dan tidak akan ada rasanya sama sekali. Apabila pelatuk ditarik dan
senapan memuntahkan pelurunya, Joe tidak akan merasakan apa-apa. Old Joe-lah
yang akan merasakan peluru panas itu dengan dagingnya dan kemudian mati. Tapi,
di sisi lain, situasi itu pun akan dialami pula oleh Joe. Bayangan akan hal itu
saya pikir cukup mencekam. Ketika waktu adalah sebuah loop di mana kita ada di dalamnya dan pada suatu saat nanti akan
merasakan peluru yang kita tembakkan sendiri.
Namun, tanpa ada
konsep loop tadi, kaitan antara
sekarang dan masa depan pun masih mencekam. Terutama bagi orang pesimis seperti
saya. Pada ‘sekarang’ manusia memiliki kebebasan penuh namun dengan konsekuensi
yang melekat. Ada jutaan pilihan jalan hidup, namun tidak ada satu pun yang
pasti. Bisa jadi jalan yang dipilih adalah cara kita untuk membunuh diri kita
yang ada di masa depan secara perlahan. Kebebasan malah menimbulkan
kegelisahan. Bila kita menengok Sartre, ia akan bilang bahwa, persis situasi
seperti itulah yang membuatnya berkata, “Men
are condemned to be free.”
Tidak
seperti target-target sebelumnya yang dipaksa pergi ke masa lalu, Old Joe pergi
dengan kehendaknya sendiri. Pada masanya, ada seseorang berjuluk Rainmaker yang
tengah melakukan pembunuhan terhadap banyak looper.
Old Joe datang ke masa lalu – kira-kira 30 tahun ke belakang, pada masa Joe
hidup – untuk mencari dan membunuh Rainmaker sehingga pembantaian terhadap para
looper yang juga berkaitan dengan
kematian istri Old Joe.
Ternyata
Rainmaker pada masa itu hanya seorang bocah bernama Cid. Bocah berusia 10 tahun
ini punya kemampuan telekinesis. Saat dia marah atau merasa terancam,
benda-benda di sekelilingnya akan beterbangan. Dalam satu adegan, Cid digambarkan
mampu mengeluarkan darah dari tubuh penjahat yang memukul ibunya.
Dalam hal ini,
Joe dan Old Joe berdiri sebagai pihak yang berseberangan. Joe berusaha
melindungi Cid meskipun tahu bahwa bocah itu suatu hari akan menjadi Rainmaker
dan menimbulkan masalah seperti diceritakan Old Joe.
Di sini, Old Joe
telah melihat semuanya: masa depan ketika Cid menjadi Rainmaker. Ia telah
merasakan waktu yang berjalan linear dan memutuskan untuk kembali ke masa lalu
untuk mengubahnya. Ia merasa telah mengetahui segala hal yang akan terjadi
seolah telah memiliki peta kehidupan yang pasti. Namun, ketika peta itu
diberikan kepada Joe, Joe menolak untuk mempercayainya.
Saya pikir
situasi itu sedikit banyak mirip dengan yang sering kita alami sehari-hari. Banyak
orang bicara mengenai ini-itu, mengenai apa-apa yang harusnya dilakukan orang
lain, bicara seolah dia tahu persis bagaimana masa depan akan berjalan. Orang-orang
ini hanya melihat dunia dengan satu jalan keluar sehingga pandangan mereka
selalu berusaha memaksa orang lain menjadi objek dari pikirannya. Joe menolak
menjadi objek. Ia melawan dengan berkata tidak. Ia melihat kehidupannya yang
aktual sebagai suatu pusaran kemungkinan.
Ada adegan lain
yang cukup dramatis ketika Sara, ibu Cid, berusaha melindungi Cid dari Old Joe.
Saat itu Old Joe sudah menodongkan pistolnya ke arah Cid. Sara berada di tengah
keduanya. Sementara itu, Joe melihat adegan itu dari jauh. Ia tidak mungkin
berlomba dengan kecepatan peluru Old Joe yang telah siap menembus Sara dan Cid.
Seketika ia merasa telah menemukan benang merah dari segala kejadian yang baru
terjadi: antara Cid, kedatangan Old Joe, Rainmaker, dan kematian para looper.
Dalam benaknya,
tergambar secara detail bagaimana peluru Old Joe telah merobek jantung Sara
ketika ia baru bisa menodongkan senjatanya kepada Old Joe. Kemudian saat ia
baru bisa menembak Old Joe, Cid akan lari dengan keinginan untuk membalas
dendam dan saat itulah tercipta monster yang kelak mengawali segala kejadian
yang baru saja terjadi. Bayangan itu membuat Joe memilih menembakkan senapannya
pada dirinya sendiri. Ia mati. Old Joe lenyap. Masa depan berubah. Jelaslah
bahwa pilihan mengarahkan masa depan.
We are our choices– Jean-Paul Sartre
0 komentar:
Post a Comment