Banyak hal identik dengan perayaan ulang tahun. Kue. Lilin. Nyanyian. Lagu. Tepuk tangan. Ketika semuanya dihadirkan oleh orang-orang terkasih pada momen itu, dunia seakan berhenti mengoceh, berhenti melempar pertanyaan yang aku balas dengan keraguan. Gelisah menjadi enyah, ia hilang sementara dari kamus yang membuatku bersuara. Andai aku harus marah, sumpah serapah akan tumpah pada sang waktu. Ia yang menatap dingin, dengan jarinya yang kaku menekan tombol rewind yang kembali mengaburkan segalanya.
Satu
per satu mulai pamit, hilang, kemudian habis, dan malam hanya menyisakan lagu
lama yang sayup terdengar. Lucu, betapa waktu pula yang mengantar makna pada
sesuatu yang dulu tak berarti.
Sometimes, I feel the fear of uncertainty stinging
clear/ And I cant help but ask myself how much I let the fear take the wheel
and steer//It’s driven me before and it seems to have a vague haunting mass
appeal/ But lately Im beginning to find that I should be the one behind the
wheel – Incubus_Drive
Kereta berjalan satu
jalur. Ke depan dan tak ada kelokan yang tiba-tiba. Di luar jendela, malam
menurunkan hitam. Hanya kaca yang gemetar dan suara terompet yang memberi
penumpang tanda bahwa kereta memang sedang bergerak maju sehingga mereka tahu
setiap detik sama artinya dengan semakin dekat pada tujuan.
Alangkah indahnya
jika mereka semua bisa turun bersama di sebuah stasiun. Tak perlu ada tidur
yang harus dibangunkan. Tak perlu ada salam perpisahan. Di stasiun yang sama,
mereka bisa saling membangunkan, saling membantu mengangkat koper yang terlalu
berat. Kemudian sarapan bersama, juga menikmati hari yang cerah bersama.
Namun, cerita yang
dibagikan kepada orang asing yang mendadak menjadi teman perjalanan harus
berlanjut. Cerita-cerita itu punya alurnya masing-masing. Kereta tak berarti
apa-apa karena sejak awal gerbong-gerbong kosong diciptakan untuk selalu
kosong. Hanya satu dari jutaan kemungkinan gerbong kosong itu mengisi kepala
penumpang dengan ide kecil. Satu ide kecil yang membantu mata melihat banyak
cara untuk mengakhiri cerita. Ah, tapi tak ada bedanya. Ujung mana pun tak
pernah jelas terlihat. Selalu, hanya ada ketidakpastian yang semuram kematian
You better think fast!/Cause you never know what's comin' around the bend/You
better not blink!
For consequence is a bigger word than you think/It's bigger than you and me – Incubus_Consequences
For consequence is a bigger word than you think/It's bigger than you and me – Incubus_Consequences
Aku turun di sebuah
stasiun. Dua stasiun setelah orang asing yang duduk di sebelahku turun. Di atas
kereta masih ada orang-orang yang baru kukenal selama 6 jam. Mereka melambai,
berharap suatu hari bisa bertemu kembali. Berpisah tak pernah hadir tanpa
getir. Tapi getir selalu dibarengi harapan dan doa. Dua hal yang membuat
manusia selalu terjaga.
Aku berada di
persimpangan jalan. Ada kiri dan kanan. Tiang-tiang terpancang di bahu jalan
menjatuhkan bayangan pada jalanan yang berlapis kerikil. Aku tak bisa melihat
seberapa tinggi tiang-tiang itu karena matahari bersinar terlalu galak. Padahal
di tiang-tiang itu ada tanda yang jelas akan membantuku menentukan arah. Aku
hanya bisa tertunduk memandangi bayangan, menduga arah mana yang kiranya tepat.
Lucu, cahaya yang seringkali berteman dan disandingkan dengan segala hal baik di
dunia ini malah membuatku muak. Alih-alih membantu, cahaya membutakan aku.
Hanya bayangan yang menjadi temanku.
I'd like to close my eyes and go numb/But there's a cold wind coming from the
top of the highest high rise today/It's not a breeze cause it blows hard/Yes
and it wants me to discard the humanity I know/Watch the warmth blow away/Don't
let the world bring you down/Not everyone here is that fucked up and cold/Remember
why you came and while you're alive/Experience the warmth before you grow old –
Incubus_the Warmth
1 komentar:
love your pic so much!
would you mind to follow each other? :)
www.lepetitejournal.blogspot.com
Post a Comment