Tuesday 25 December 2012


Banyak hal identik dengan perayaan ulang tahun. Kue. Lilin. Nyanyian. Lagu. Tepuk tangan. Ketika semuanya dihadirkan oleh orang-orang terkasih pada momen itu, dunia seakan berhenti mengoceh, berhenti melempar pertanyaan yang aku balas dengan keraguan. Gelisah menjadi enyah, ia hilang sementara dari kamus yang membuatku bersuara. Andai aku harus marah, sumpah serapah akan tumpah pada sang waktu. Ia yang menatap dingin, dengan jarinya yang kaku menekan tombol rewind yang kembali mengaburkan segalanya.

Satu per satu mulai pamit, hilang, kemudian habis, dan malam hanya menyisakan lagu lama yang sayup terdengar. Lucu, betapa waktu pula yang mengantar makna pada sesuatu yang dulu tak berarti.


Sometimes, I feel the fear of uncertainty stinging clear/ And I cant help but ask myself how much I let the fear take the wheel and steer//It’s driven me before and it seems to have a vague haunting mass appeal/ But lately Im beginning to find that I should be the one behind the wheel – Incubus_Drive

Kereta berjalan satu jalur. Ke depan dan tak ada kelokan yang tiba-tiba. Di luar jendela, malam menurunkan hitam. Hanya kaca yang gemetar dan suara terompet yang memberi penumpang tanda bahwa kereta memang sedang bergerak maju sehingga mereka tahu setiap detik sama artinya dengan semakin dekat pada tujuan.

Alangkah indahnya jika mereka semua bisa turun bersama di sebuah stasiun. Tak perlu ada tidur yang harus dibangunkan. Tak perlu ada salam perpisahan. Di stasiun yang sama, mereka bisa saling membangunkan, saling membantu mengangkat koper yang terlalu berat. Kemudian sarapan bersama, juga menikmati hari yang cerah bersama.

Namun, cerita yang dibagikan kepada orang asing yang mendadak menjadi teman perjalanan harus berlanjut. Cerita-cerita itu punya alurnya masing-masing. Kereta tak berarti apa-apa karena sejak awal gerbong-gerbong kosong diciptakan untuk selalu kosong. Hanya satu dari jutaan kemungkinan gerbong kosong itu mengisi kepala penumpang dengan ide kecil. Satu ide kecil yang membantu mata melihat banyak cara untuk mengakhiri cerita. Ah, tapi tak ada bedanya. Ujung mana pun tak pernah jelas terlihat. Selalu, hanya ada ketidakpastian yang semuram kematian

You better think fast!/Cause you never know what's comin' around the bend/You better not blink!
For consequence is a bigger word than you think/It's bigger than you and me – Incubus_Consequences

Aku turun di sebuah stasiun. Dua stasiun setelah orang asing yang duduk di sebelahku turun. Di atas kereta masih ada orang-orang yang baru kukenal selama 6 jam. Mereka melambai, berharap suatu hari bisa bertemu kembali. Berpisah tak pernah hadir tanpa getir. Tapi getir selalu dibarengi harapan dan doa. Dua hal yang membuat manusia selalu terjaga.

Aku berada di persimpangan jalan. Ada kiri dan kanan. Tiang-tiang terpancang di bahu jalan menjatuhkan bayangan pada jalanan yang berlapis kerikil. Aku tak bisa melihat seberapa tinggi tiang-tiang itu karena matahari bersinar terlalu galak. Padahal di tiang-tiang itu ada tanda yang jelas akan membantuku menentukan arah. Aku hanya bisa tertunduk memandangi bayangan, menduga arah mana yang kiranya tepat. Lucu, cahaya yang seringkali berteman dan disandingkan dengan segala hal baik di dunia ini malah membuatku muak. Alih-alih membantu, cahaya membutakan aku. Hanya bayangan yang menjadi temanku.

I'd like to close my eyes and go numb/But there's a cold wind coming from the top of the highest high rise today/It's not a breeze cause it blows hard/Yes and it wants me to discard the humanity I know/Watch the warmth blow away/Don't let the world bring you down/Not everyone here is that fucked up and cold/Remember why you came and while you're alive/Experience the warmth before you grow old – Incubus_the Warmth

1 komentar:

Ajeng Andianti said...

love your pic so much!
would you mind to follow each other? :)

www.lepetitejournal.blogspot.com

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

Copyright 2010 ::HARMONI HITAM::.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.